Jumat, 16 Januari 2009

Apa beda reaktor nuklir dari bom atom atau bom nuklir ?

Pada bulan Desember 2008 dalam salah satu yahoo-chatgroup telah muncul sebuah
ungkapan bahwa ada seorang gurubesar dari universitas di Indonesia, dan juga ada
seorang pakar fisika nuklir, yang menyatakan bahwa reaktor nuklir adalah bom atom atau
bom nuklir yang dikendalikan. Kemudian ada yang mengisyaratkan bahwa pengertian
tersebut telah menjadi pemahaman umum masyarakat di sekitar Muria.
Kalau hal ini benar maka telah terjadi suatu pembohongan besar.

Kemiripan antara cara kerja bom atom dan cara kerja reaktor nuklir hanyalah sebatas
terjadinya reaksi berantai saja pada kedua-duanya. Sama-sama reaksi berantai nuklir,
akan tetapi dalam kenyataannya reaksi berantai yang terjadi sangat berbeda, bahkan
berbeda sangat jauh.
Dalam bom nuklir reaksi fisi terjadi dengan kecepatan neutron yang sangat tinggi,
energinya di atas 1 MeV: begitu lepas dari pembelahan uranium neutron langsung
berhadapan dengan bahan uranium-235 murni. Tidak ada uranium 238 ataupun bahan
lain. Reaksi berantai sudah selesai dalam waktu kurang dari satu per trilyun detik.
Dalam reaktor nuklir reaksi fisi terjadi dengan kecepatan neutron lambat, energinya
sekitar 0,025 eV. Bahan bakar uranium yang digunakan hanya mengandung 3-4 persen
uranium-235, selebihnya adalah uranium-238. Karena itu begitu neutron lepas dari reaksi
fisi uranium-235 ia akan berbenturan dengan air (dalam reaktor nuklir PLTN jenis PWR),
khususnya inti hidrogen, dan akan mengalami penglambatan sampai ia berpeluang
ditangkap lagi oleh uranium-235 yang hanya 3-4 persen. Perbenturan dengan inti
hidrogen rata-rata 16-17 kali, sebelum neutron menyebabkan fisi berikutnya. Karena itu
proses reaksi berantai sekurangnya berjalan seribu kali lebih lambat ketimbang dalam
bom nuklir. Karena itu reaktor nuklir tidak dapat meledak seperti bom nuklir.

Lalu, mesti ada yang bertanya, kok bisa terjadi ledakan Chernobyl ? Jawabnya: walaupun
reaksi berantai dalam reaktor nuklir jauh lebih lamban ketimbang reaksi berantai dalam
bom nuklir, tetapi dia terjadi lebih cepat ketimbang reaksi manusia yang berupaya
mematikan reaksi berantai. Ini tampaknya tidak disadari oleh para operator Chernobyl-4
pada tahun 1986, yang rupanya kurang paham mengenai perilaku reaktor jenis RBMK.
Hal ini tidak perlu dikhawatirkan dengan reaktor nuklir dalam PLTN jenis PWR atau
BWR karena peningkatan jumlah neutron akibat reaksi berantai yang meningkat cepat
tidak akan meningkatkan jumlah neutron lambat menjadi semakin banyak, karena air
sekitar batang bahan bakar akan bergelembung dan tak mampu memperlambat neutron.
Jadi reaksi berantai akan menurun dengan sendirinya.

Tidak ada komentar: